DanAllah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Surat Al-Mujadalah ayat: 11). 2. Surat Thaha ayat 114, Tidak Tergesa-gesa dalam Menuntut Ilmu. Dalam membahas Ilmu Al-Qur`an, ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dengan baik, -agar penafsir tidak salah memahami makna Kalam Allah subh ā nahu wata` ā la-, di antaranya: dham ī r
Rasulullah SAW pernah bersabda, "barangsiapa mengemukakan pendapatnya sendiri tentang isi Al-Qur'an , maka ia telah melakukan kesalahan walaupun pendapatnya itu benar". Untuk menafsirkan kandungan Al-Qur'an, diperlukan keahlian dalam 15 bidang diketahui, Al-Qur'anul-Karim memiliki zahir dan batin. Adapun maksud zahir Al-Qur'an adalah lafaz-lafaz Al-Qur'an yang dapat dibaca oleh semua orang. Sedangkan Batin Al-Qur'an adalah makna atau maksud Al-Qur'an yang dapat dipahami menurut keahlian Mas'ud RA berkata, "Jika kita ingin memperoleh ilmu, maka pikirkan dan renungkanlah makna-makna Al-Qur'an , karena di dalamnya terkandung ilmu orang-orang dahulu dan sekarang." Namun untuk memahaminya, seseorang harus menunaikan syarat dan adab-adabnya terlebih hanya bermodalkan pengetahuan beberapa lafaz bahasa Arab atau melihat terjemahan Al-Qur'an, seseorang berani menafsirkan Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri. Berikut 15 bidang ilmu yang harus dikuasai jika ingin menafsirkan Al-Qur'an .1. Ilmu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata Al-Qur'an. Mujahid RA berkata "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka tidak layak baginya berkomentar tentang tentang ayat-ayat Al-Qur'an tanpa mengetahui ilmu lugat. Sedikit pengetahuan tentang lughat tidaklah cukup karena kadang kala satu kata mengandung berbagai arti. Jika hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu mempunyai arti dan maksud yang Ilmu Nahwu tata bahasa.Sangat penting mengetahui ilmu Nahwu, karena sedikit saja i'rab hanya didapat dalam ilmu Ilmu Sharaf perubahan bentuk kata.Mengetahui ilmu Sharaf sangat penting, karena perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah maknanya. Ibnu Faris berkata, "jika seseorang tidak mempunyai ilmu sharaf, berarti ia telah kehilangan banyak hal." Dalam Ujubatut Tafsir, Syeikh Zamakhsyari menulis bahwa ada seseorang yang menerjemahkan ayat Al-Qur'an yang berbunyi {يَوْمَ نَدْعُوْا كُلَّ أُنَاسٍ بِامَامِهِم} "ingatlah pada suatu hari yang pada hari itu Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya." Surah Al Isra [17] 71. Karena ketidaktahuannya tentang ilmu Sharaf, ia menerjemahkan ayat itu seperti ini "Pada hari ketika manusia dipanggil dengan ibu-ibu mereka." Ia mengira bahwa kata 'imaam pemimpin yang merupakan bentuk mufrad tunggal adalah bentuk memahami ilmu sharaf, tidak mungkin akan mengartikan 'imaam sebagai Ilmu Isytiqaq akar kata.Mengetahui ilmu isytiqaq akan dapat diketahui asal-usul kata. Ada beberapa kata yang berasal dari dua kata yang berbeda, sehingga berbeda makna. Seperti kata 'masih' berasal dari kata 'masah' yang artinya menyentuh atau menggerakkan tangan yang basah ke atas suatu benda, atau juga berasal dari kata 'masahat' yang berarti Ilmu Ma'ani. Ilmu ini sangat penting diketahui, karena dengan ilmu ini susunan kalimat dapat diketahui dengan melihat Ilmu Bayaan. Yaitu ilmu yang mempelajari makna kata yang zahir dan yang tersembunyi, juga mempelajari kiasan serta permisalan Ilmu Badi'. Ilmu yang mempelajari keindahan bahasa. Ketiga bidang ilmu di atas juga disebut sebagai cabang ilmu Balaghah yang sangat penting dimiliki oleh para ahli tafsir. Al-Qur'an adalah mukjizat yang agung, maka dengan ilmu-ilmu di atas, kemukjizatan Al-Qur'an dapat Ilmu Qira'at. Ilmu ini sangat penting dipelajari, karena perbedaan bacaan dapat mengubah makna ayat. Ilmu ini membantu menentukan makna paling tepat di antara makna-makna suatu Ilmu Aqa’id. Ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan. Kadangkala ada satu ayat yang arti zahirnya tidak mungkin diperuntukkan bagi Allah. Untuk memahaminya diperlukan takwil ayat itu, seperti ayat yang berbunyi {يدق الله فوق إيديهم} "Tangan Allah di atas tangan mereka." Surah Al Fath [48] 1010. Ushul Fiqih. Mempelajari ilmu ushul fiqih sangat penting, karena dengan ilmu ini kita dapat mengambil dalil dan menggali hukum dari suatu Ilmu Asbabun-Nuzul. Yaitu ilmu untuk mengetahui sebab-musabab turunnya ayat, sehingga suatu ayat mudah dipahami. Kadangkala maksud suatu ayat itu bergantung pada asbabun Ilmu Nasikh Mansukh. Ilmu ini mempelajari suatu hukum yang sudah dihapus dan hukum yang masih tetap Ilmu Fiqih. Ilmu ini mengkaji hukum-hukum syariat secara rinci dan akan mudah mengetahui hukum secara Ilmu Hadis. Ilmu ini perlu dikuasai untuk mengetahui hadis-hadis yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur' Ilmu Wahbi. Ilmu khusus yang diberikan kepada Allah kepada hamba-Nya yang istimewa, sebagaimana sabda Nabi SAW "Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah Ta'ala akan memberikan kepadanya ilmu yang tidak ia ketahui".Dikisahkan dalam satu riwayat, Ali bin Abi Thalib RA pernah ditanya oleh seseorang, "Apakah Rasulullah telah memberimu suatu ilmu atau nasihat khusus yang tidak diberikan kepada orang lain?" Maka Ali menjawab "Demi Allah, demi Yang menciptakan surga dan jiwa. Aku tidak memiliki sesuatu yang khusus kecuali pemahaman Al-Qur'an yang Allah berikan kepada hamba-Nya." Ibnu Adi Dunya berkata, "Ilmu Al-Qur'an dan pengetahuan yang didapat darinya seperti lautan yang tak bertepi."Untuk diketahui, 15 ilmu di atas merupakan alat bagi para mufassir Al-Qur'an . Seseorang yang tidak memiliki ilmu-ilmu itu lalu menafsirkan Qur'an, berarti ia telah menafsirkan menurut pendapatnya sendiri. 3 Orang yang Tidak Akan Mampu Menafsirkan Al-Qur'an 1. Orang yang tidak memahami Bahasa Orang yang berbuat dosa besar atau ahli bid'ah, karena perbuatannya itu membuat hatinya menjadi gelap dan menutupi pemahamannya terhadap Al- Qur' Orang yang dalam akidahnya mengakui makna zahir nash. Jika ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan pikirannya logikanya, maka ia akan gelisah. Orang seperti ini tidak akan mampu memahami Al-Qur'an dengan A'lam Bish-Showabrhs
BACAJUGA: 20 Sifat Wajib Allah dan Makna Sebenarnya, Wajib Tau! 1. Adam (ﻋَﺪَﻡْ) pexels. Seperti yang tadi sudah dikatakan, sifat wajib dan mustahil bagi Allah itu semacam kebalikannya. Jika sifat wajib Allah yang pertama adalah Wujud, maka sifat mustahilnya adalah Adam yang artinya tiada.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sebagai umat manusia,kita diciptakan oleh Allah SWT dengan bekal akal sejak kita dilahirkan dan ditakdirkan untuk hidup di dunia. Akal yang umat manusia miliki ini merupakan karunia yang Allah SWT berikan sebagai pembeda antara kita dengan makhluk-makhluk lain ciptaan-Nya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Akal berarti daya pikir untuk memahami sesuatu dan sebagainya; pikiran; ingatan. [1]Menurut Harun Nasution, kata akal berasal dari kata Arab "al-Aql" yang menjadi kata Indonesia, dalam bentuk kata benda tidak ada dalam Al-quran, hanya bentuk kata kerja al-Aqaluh 1 ayat, ya'qiluha 1 ayat, ya'qilun 22 ayat, ta'qilun 24 ayat dan na'qilu 1 ayat, dalam arti mengertian dan paham. Selain itu menurut ahli Kant juga mengungkapkan pendapatnya bahwa apa yang kita katakan rasional itu adalah ide yang masuk akal tapi menggunakan ukuran hukum alam. Dengan kata lain, pikiran rasional adalah kebenaran yang diukur dengan hukum alam.[2] Akal yang kita miliki ini tentunya harus digunakan untuk dapat lebih jauh lagi mendalami ilmu-ilmu juga Epistemologi Islam Wahyu sebagai Sumber Ilmu dalam Islam Di dalam agama Islam, baik di dalam Alqur'an , sunnah Nabi SAW, maupun semua ajaran dari tokoh-tokoh agama Islam terdahulu menekankan bahwa kedudukan ilmu sangatlah penting. Firman Allah SWT dalam yang artinya sebagai berikut "Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu" ,menjelaskan bahwa Allah SWT ialah sumber dan segala sesuatu, tidak ada satu hal pun yang dapat luput dari pengawasan-Nya, juga kekuasaan-Nya baik itu yang ada di langit maupun yang ada di akhirat serta baik itu yang nyata maupun yang tak terlihat gaib. Sumber ilmu primer dalam epistimologi Islam adalah wahyu yang diterima oleh nabi yang berasal dari Allah SWT, sebagai sumber dari segala sesuatu. Al-Wahyu atau wahyu merupakan masdar infinitive yang memberikan dua pengertian dasar, yaitu tersembunyi dan cepat. [3] Epistimologi Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah juga mengambil sumber ilmu lainnya, yaitu Akal 'aql dan hati qalb serta indra -indra yang terdapat dalam diri juga Dalil dan Sumber-sumber Ilmu FiqihAl-Qur'anSebagai umat muslim sudah seharusnya kita mengakui bahwasanya segala ilmu pengetahuan yang kita dapati bersumber dari Allah SWT melalui firman-Nya di dalam kitab suci Al-quran sebagai pedoman umat manusia agar senantiasa mendapatkan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Banyak sekali di dalam kandungan ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan mengenai ilmu-ilmu pengetahuan seperti mengenai ilmu bumi dan alam, seperti yang ada di dalam Al-Quran surah Qaf ayat 7-8 yaitu, "Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali mengingat Allah." Qs Qaf 7-8Menurut Muhammad Al-ghazali, pada dasarnya Al-Quran memberikan kepada umat Islam wawasan yang luas dan metode pemikiran yang jelas yang dapat digunakan oleh setiap generasi serta ilmu yang dibarengi dengan iman, yang sama sekali tidak ada pertentangan diantara keduanya.[4]Baca juga Hakikat dan Sumber Ilmu Pengetahuan Melalui Perspektif Barat Dan Perspektif Islam 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya
Wahyudalam pengertian ishtilahi adalah: "kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia", baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir (min wara' hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah swt: "Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan
Seorang muslim mesti juga mengimani Allah itu Maha Mengetahui segala sesuatu, Al-Aliim, Al-Khabiir. Imam Al-Muzani rahimahullah berkata, الوَاحِدُ الصَّمَدُلَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ جَلَّ عَنِ المَثِيْلِ فَلاَ شَبِيْهَ لَهُ وَلاَ عَدِيْلَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ العَلِيْمُ الخَبِيْرُ المَنِيْعُ الرَّفِيْعُ Allah itu Maha Esa, Allah itu Ash-Shamad yang bergantung setiap makhluk kepada-Nya, yang tidak memiliki pasangan, yang tidak memiliki keturunan, yang Mahamulia dan tidak semisal dengan makhluk-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang setara dengan Allah. Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat. Allah itu Maha Mengilmui dan Mengetahui. Allah itu yang mencegah dan Mahatinggi. Allah itu Al-Aliim Ada di 175 tempat penyebutan nama Allah Al-Alim Yang Maha Mengetahui dalam Al-Qur’an seperti pada firman Allah, قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖإِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ “Mereka menjawab Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.” QS. Al-Baqarah 32 وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ “Allah Maha Mengetahui isi hati.” QS. Ali Imran 154 قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۖوَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Berkatalah Muhammad kepada mereka Rabbku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’.” QS. Al-Anbiya’ 4 Allah itu Al-Khabiir Al-Khabiir punya makna bahwa Allah mengetahui berbagai rahasia yang tersembunyi, apa yang ada dalam batin secara detail diketahui oleh Allah, dan segala sesuatu secara rinci diketahui oleh Rabb kita. Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa Al-Khabiir maksudnya adalah Allah Maha Mengetahui segala rahasia hamba, Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati, dan segala sesuatu tidak samar bagi Allah. Lihat Jami’ Al-Bayan, 28103, dinukil dari An–Nahju Al-Asma’ fi Syarh Asma’ Allah Al-Husna, hlm. 187. Penyebutan nama Allah Al-Khabiir ada di 45 tempat dalam Al-Qur’an seperti dalam ayat, قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”QS. At-Tahrim 3 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ “Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” QS. Al-Adiyat 11 Perenungan Beriman kepada Nama Allah Al-Aliim Pertama Penetapan bahwa Allah memiliki ilmu yang sempurna dan meliputi segala sesuatu, dan itu hanya dimiliki oleh Allah, tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui sesempurna ilmu Allah. Hal ini seperti disebutkan dalam ayat tentang perkara ghaib, وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚوَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚوَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz.” QS. Al-An’am 59 Kedua Allah Yang Maha Mengetahui berarti tahu segala sesuatu yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan tidak terjadi seandainya itu terjadi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗإِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚإِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” QS. Al-Hajj 70 Ketiga Makhluk tidak mengetahui tentang Sang Khaliq kecuali yang Dia kabarkan saja. Secara umum pula kita tidak tahu apa pun kecuali yang Allah ajarkan pada kita. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا “Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” QS. Thaha 110 Sebagaimana Nabi Adam diajarkan ilmu, وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ “Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” QS. Al-Baqarah 31 Keempat Ilmu manusia dibanding dengan ilmu Allah sangatlah jauh berbeda. Allah Ta’ala berfirman, وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖقُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’.” QS. Al-Isra’ 85 Kelima Hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib seperti disebutkan dalam ayat lainnya selain ayat yang disebutkan di atas, إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖوَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖوَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS. Luqman 34 Perenungan Beriman kepada Nama Allah Al-Khabiir Pertama Penetapan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu secara detail dan sampai mengetahui yang tersembunyi. Kedua Allah mengetahui amalan hamba baik berupa perkataan maupun perbuatan, termasuk yang ada dalam batin berupa kebaikan dan kejelekan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui yang kamu lahirkan atau rahasiakan; dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” QS. Al-Mulk 14 Moga semakin manfaat dengan terus merenungkan nama dan sifat Allah. Referensi An–Nahju Al-Asma’ fi Syarh Asma’ Allah Al-Husna. Cetakan keenam, Tahun 1436 H. Dr. Muhammad Al-Hamud An-Najdi. Penerbit Maktabah Al-Imam Adz-Dzahabi. hlm. 158-164-167. Fiqh Al-Asma’ Al-Husna. Cetakan pertama, Tahun 1436 H. Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr. Penerbit Ad-Duror Al-Almiyyah. hlm. 152-156. Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq Dr. Jamal Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj. — Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Selasa sore, 14 Shafar 1440 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
adawali masyhur dan ada wali mastur ,wali yang terlihat di dalam keramaian dan wali yang tersembunyi ,bawalah adab ini untuk bisa berjumpa dengan wali wali
Untuk menjalani kehidupan di dunia ini, manusia membutuhkan sesuatu bernama ilmu, sedangkan salah satu sarana untuk memperoleh ilmu adalah dengan membaca. Hal ini senada dengan wahyu pertama Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw tentang perintah samping itu, dalam hadis yang cukup populer disebutkan bahwa hukum menuntut ilmu itu wajib bagi laki-laki maupun perempuan. Bahkan saking pentingnya ilmu, dalam hadis lain disebutkan bahwa kita diperintahkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri muncul pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan ilmu? Berikut penjelasannyaSecara bahasa, ilmu adalah kata yang berasal dari bahasa Arab علم, masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Adapun Secara istilah, ilmu Menurut Ar-Raghib al-Ashfhani dalam kitabnya al-Mufrodat fi Gharib Al-Qur’an adalah pengetahuan akan hakikat kata ilmu di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 854 kali. Selain itu terdapat beberapa kata yang mempunyai kesamaan makna, misalnya al-`aql, al-fikr, al-nazhr, al-bashar, al-tadabbur, al-i`tibâr dan al-dzikr. Hal ini tentunya memberikan indikasi bahwa ilmu mempunyai cakupan yang sangat ulama membagi ilmu menjadi dua segi iyaitu nadhari dan amali. Nadhari adalah sesuatu yang apabila diketahui maka sudah memadai sempurna. Misalnya, pengetahuan tentang adanya alam ini, sedangkan amali adalah sesuatu yang tidak sempurna kecuali dengan diamalkan. Mislanya, ilmu tentang dalam al-Qur’an, kata ilmu biasanya digunakan untuk makna mengetahui hakikat sesuatu. Sebagaimana firman-Nyaأَوَلَا يَعۡلَمُونَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَ Dan tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan? Al-Baqarah 77Akan tetapi, terkadang kata ilmu juga memiliki makna lain sesuai dengan konteks ayatnya. Berikut lima makna ilmu dalam Al-Qur’anPertama, ilmu bermakna ru’yah melihat secara nyata, sebagaimana firman-Nyaوَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةٗ وَسَطٗا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِي كُنتَ عَلَيۡهَآ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٞ رَّحِيمٞ Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat Islam ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, pemindahan kiblat itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. Al-Baqarah 143.Menurut Ibnu Kastir dalam kitabnya tafsir Al-Qur’an al-Adzim berpendapat bahwa kata lina’lama bermakna melihat keadaan orang-orang yang mengikuti Rasul maupun yang tidak mengikutinya. Ru’yah yang dimaksud disini mencakup sesuatu yang kongkret saja, tidak mencakup sesuatu yang ilmu bermakna al-Idzin izin, sebagaimana firman-Nyaفَإِلَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أُنزِلَ بِعِلۡمِ ٱللَّهِ وَأَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka katakanlah, “Ketahuilah, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri masuk Islam?” Hud 14Izin yang dimaksud adalah izin Allah Swt. Menurut Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam kitabnya Jami’ al-bayan an Takwil ay al-Qur’an dan Muqatil bin Sulaiman dalam kitabnya Tafsir al-Kabir mengatakan bahwa al-Qur’an itu diturunkan dengan izin ilmu bermkana ad-Din agama, sebagaimana firman-Nyaوَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu Muhammad sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya.” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu kebenaran sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. Al-Baqarah 120Agama yang dimaksud pada ayat ini menurut Ar-Razi dalam kitabnya Mafatih al-Ghaib adalah agama yang telah diketahui kebenarannya dengan dalil-dalil yang qath’i pasti.Keempat, ilmu bermakna ad-dalil wa al-hujjah dalil dan hujjah, sebagaimana firman-Nya سَيَقُولُ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْ لَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشۡرَكۡنَا وَلَآ ءَابَآؤُنَا وَلَا حَرَّمۡنَا مِن شَيۡءٖۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ حَتَّىٰ ذَاقُواْ بَأۡسَنَاۗ قُلۡ هَلۡ عِندَكُم مِّنۡ عِلۡمٖ فَتُخۡرِجُوهُ لَنَآۖ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا تَخۡرُصُونَ Orang-orang musyrik akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan mempersekutukan-Nya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa pun.” Demikian pula orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan para rasul sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah Muhammad, “Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang dapat kamu kemukakan kepada kami? Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka, dan kamu hanya mengira.” Al-An’am 148Menurut al-Baghawi dalam kitabnya tafsir ma’alim at-Tanzil berpendapat bahwa makna ilmu pada ayat ini adalah argumen dan dalil dari Allah ilmu bermakna al-Fiqh fi ad-din paham agama, sebagaimana firman-Nya وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥٓ ءَاتَيۡنَٰهُ حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Yusuf 22Menurut al-Baghawi dalam kitabnya tafsir ma’alim at-Tanzil berpendapat bhawa makna hukman adalah kenabian, sedangkan ilman adalah pemahaman dalam persoalan lima makna di atas, terkadang kata ilmu di-idzafahkan kepada Allah SWT dan terkadang kepada selain-Nya. Adapun contoh penyadaran kepada Allah SWT, Sebagaimana firman-Nyaكُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Al-Baqarah 216Sedangkan contoh penyadaran kepada selain Allah SWT, sebagaimana firman-Nyaإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡيِۦٓ أَن يَضۡرِبَ مَثَلٗا مَّا بَعُوضَةٗ فَمَا فَوۡقَهَاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلٗاۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرٗا وَيَهۡدِي بِهِۦ كَثِيرٗاۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلۡفَٰسِقِينَ Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak pula orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan perumpamaan itu selain orang-orang fasik. Al-Baqarah 26Demikianlah beberapa makna ilmu yang dikemukakan oleh beberapa mufassir di dalam Al-Qur’an. Walaupun masing-masing maknanya mempunyai konteks yang berbeda. Namun, secara umum maknanya tidaklah jauh dengan hakikat dari ilmu itu A’lam
Kebalikansifat ini adalah al-jahlu (الجهل), yang berarti bodoh. Bahwa mustahil Allah SWT bodoh atau tidak mengetahui pada apa yang diciptakan. Mustahil Allah Jahl (Tidak Tahu) Yaitu mustahil Allah Ta'ala bersifat jahil atau tidak tahu. Yang dimaksud dengan jahil ialah. Kebalikan dari pengertian ilmu yang lalu yaitu : Tidak tahu segala-galanya
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَا تَأْتِينَا ٱلسَّاعَةُ ۖ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ ۖ لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَآ أَصْغَرُ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكْبَرُ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ Arab-Latin Wa qālallażīna kafarụ lā ta`tīnas-sā'ah, qul balā wa rabbī lata`tiyannakum 'ālimil-gaibi lā ya'zubu 'an-hu miṡqālu żarratin fis-samāwāti wa lā fil-arḍi wa lā aṣgaru min żālika wa lā akbaru illā fī kitābim mubīnArtinya Dan orang-orang yang kafir berkata "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada pula yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata Lauh Mahfuzh", Saba 2 ✵ Saba 4 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Mendalam Terkait Surat Saba Ayat 3 Paragraf di atas merupakan Surat Saba Ayat 3 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan pelajaran mendalam dari ayat ini. Terdokumentasikan kumpulan penafsiran dari kalangan pakar tafsir berkaitan isi surat Saba ayat 3, misalnya sebagaimana tertera📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia3-4. Orang-orang kafir yang mengingkari kebangkitan berkata, “ Kiamat tidak akan datang kepada kami.” Katakanlah kepada mereka wahai Rasul, “Pasti, demi Allah Tuhanku, ia benar-benar akan datang, hanya saja saat kedatangannya tidak diketahui kecuali oleh Allah semata Yang Maha Mengetahui yang ghaib, dimana tidak samar bagiNya seekor semut sekalipun, baik di langit maupun dibumi, tidak juga yang lebih besar atau lebih kecil dari itu, kecuali ia tertulis dalam kitab yang nyata, yaitu Lauhul Mahfuzh”, agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang membenarkan Allah dan mengikuti Rasulullah serta melakukan amal-amal yang shalih. Mereka mendapatkan ampunan bagi dosa-dosa mereka dan rizki yang mulia, yaitu surga.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram3. Orang-orang yang kafir kepada Allah berkata, “Hari Kiamat tidak akan pernah datang.” Katakanlah kepada mereka -wahai Rasul-, Demi Allah tidak demikian, hari Kiamat yang kalian dustakan pasti akan datang kepada kalian, namun tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali Allah saja, Dia lah yang mengetahui apa yang gaib, yaitu hari Kiamat dan lainnya, tidak ada yang tersembunyi dari ilmu Allah, sekalipun ia lebih kecil dari seekor semut di langit dan di bumi, tidak ada yang lebih kecil dari itu atau lebih besar yang luput dari ilmu Allah, karena ia telah tertulis di dalam kitab yang nyata, yaitu Lauḥul maḥfūẓ yang mencatat segala sesuatu yang terjadi hingga hari Kiamat.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah3. Orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan dan lalai dari tanda-tandanya berkata “Hari kiamat tidak akan terjadi.” Hai Muhammad, bantahlah mereka seraya bersumpah untuk menegaskan itu pasti terjadi “Bukan demikian! demi Tuhanku yang telah memperlakukanku dengan baik, sungguh hari kiamat akan datang, dan kemudian Allah akan memberi balasan bagi kalian dan memberi keputusan antara diriku dengan kalian. Allah Maha Mengetahui hal ghaib, Dia mengetahui segala yang ghaib dan tersembunyi, tidak ada sesuatupun yang luput dari ilmu-Nya. Tidak ada hal kecil dan besar melainkan telah tercatat dalam lauhul mahfudz yang mencantumkan segala hal yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Oleh sebab itu, Allah Maha Kuasa untuk membangkitkan dan menghisab dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah3. وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ ۖ Dan orang-orang yang kafir berkata “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami” Yakni hari kiamat dan hari kebangkitan. Mereka mengatakan ini karena mengingkari kedatangannya, dan mendustakan kabar-kabar yang sampai kepada mereka dari Allah lewat lisan para nabi yang tertuang di dalam kitab-kitab-Nya. قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتَأْتِيَنَّكُمْKatakanlah “Pasti datang, demi Tuhanku sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu Allah memerintahkan nabi-Nya untuk memberitahu mereka dan bersumpah dengan nama-Nya atas kebenaran kabar untuk menekankan bahwa hari kiamat pasti akan datang. لَا يَعْزُبُ عَنْهُTidak ada tersembunyi daripada-Nya Yakni tidak ada yang tertutup dan tersembunyi dari-Nya. مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْأَرْضِ وَلَآ أَصْغَرُ مِن ذٰلِكَsebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada pula yang lebih kecil dari itu Yakni lebih kecil daripada zarrah. وَلَآ أَكْبَرُdan yang lebih besar Yakni lebih besar daripada itu. إِلَّا فِى كِتٰبٍ مُّبِينٍmelainkan tersebut dalam Kitab yang nyata Lauh Mahfuzh” Yakni itu semua tercantum dalam Lauh Mahfuzh.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah3. Orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan berkata “Hari kiamat dan hari kebangkitan tidak akan terjadi pada kami.” Katakanlah kepada mereka wahai nabi, untuk menyanggah perkataan mereka “Tidak seperti itu, dengan bersumpah demi Tuhanku hari kiamat akan mendatangi kalian dan segala amal perbuatan kalian akan diberi balasan. Tuhanku Maha Tahu atas segala yang ghaib yaitu segala yang tidak bisa dilihat/tidak bisa dijangkau oleh manusia dengan ilmunya. Tidak ada seculi dzarrah pun yang dapat luput dari pengawasan dan penglihatan Allah baik di bumi dan di langit. Tidak ada yang lebih kecil dari permisalan itu dan tidak ada yang lebih besar dari itu kecuali tidak akan luput dari pengawasan dan catatan Allah dalam tempat yang terjaga yaitu Lauhul Mahfudz.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahOrang-orang yang ingkar berkata,“Hari kiamat itu tidak akan datang kepada kami” Katakanlah,“Tentu saja. Demi Tuhanku yang mengetahui yang gaib, kiamat itu pasti mendatangi kalian. Tidak ada yang tersembunyi} tidak ada yang tersembunyi {dariNya sekalipun seberat zharrah} seukuran semut yang sangat kecil {baik yang di langit maupun yang di bumi, yang lebih kecil daripada itu atau yang lebih besar, kecuali semuanya ada dalam kitab yang jelas} kitab yang jelas yaitu Lauhil MahfudzMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 3. Setelah Allah menjelaskan keagunganNya melalui sifat-sifat yang Dia sandangkan pada diriNya; dan hal ini mengharuskan mengagungkan dan menyucikanNya serta beriman kepadaNya, maka Dia menyebutkan bahwa di antara golongan-golongan manusia ada sekelompok manusia yang tidak menghargai Rabbnya dengan sebenar-benarnya, malah mereka kafir kepadaNya dan mengingkari kekuasaanNya untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati dan adanya kiamat, dan dengan itu mereka menentang Rasul-rasulNya, seraya berfirman, “Dan orang-orang kafir berkata,” maksudnya, kafir kepada Allah, rasul-rasulNya dan ajaran yang mereka bawa. Maka disebabkan kekafiran itu, mereka berkata, “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami.” Maksudnya, tidaklah kiamat itu melainkan kehidupan dunia ini saja, kami mati dan hidup! Lalu Allah memerintah RasulNya untuk membantah perkatan mereka dan mematahkannya serta bersumpah tentang kebangkitan, bahwa kebangkitan itu pasti akan datang kepada mereka. Dan untuk hal itu Dia berdalil beragumen dengan dalil bahwa siapa yang membenarkannya, maka dia harus membenarkan kebangkitan dengan pasti, yaitu ilmu Allah, yang Mahaluas lagi meliputi segala sesuatu, seraya berfirman, “yang mengetahui yang ghaib,” maksudnya, perkara-perkara yang ghaib dari pandangan mata kita dan dari pengetahuan kita, maka bagaimana dengan yang Nampak? Tentu Dia lebih mengetahuinya kemudian Dia mengukuhkan ilmuNya seraya berfirman, “Tidak ada yang tersembunyi,” maksudnya, tidak ada yang lepas dari pengetahuan Allah, “seberat biji sawi pun nyang ada di langit dan yang ada di bumi,” maksudnya, segala sesuatu dengan raga dan bagian-bagiannya, hingga bagian yang terkecil dari bagian-bagian tersebut, yaitu serpihan-serpihannya, “dan tidak ada pula yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata.” Maksudnya, semua telah diliputi oleh ilmuNya, telah dicatat oleh penaNya dan telah termuat di dalam kitabNya yang nyata, yaitu Lauh Mahfuzh. Maka, tuhan yang tidak ada yang tersembunyi dari ilmuNya sebesar atom pun lalu yang lebih kecil darinya dalam sepanjang waktu, dan mengetahui yang berkurang dari bumi berupa mayat dan apa-apa yang tersisa dari jasad mereka itu Kuasa menghidupkan kembali mereka adalah tentu lebih pasti, dan kebangkitan mereka tidak lebih aneh daripada ilmu yang meliputi segala sesuatu ini.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Saba ayat 3 Setelah Allah menjelaskan kemuliaan dan kekuasaan-Nya pada makhluk-Nya, Allah mengabarkan bahwasanya orang-orang yang kafir dan mengingkari hari kebangkitan yang mereka mengingkari banyak ayat-ayat Al Qur’an, mereka berkata Tidak akan datang kepada kami hari kiamat. Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya yang beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan yang tidak pernah sedikitpun mencoba berbohong, agar beliau bersumpah atas nama Tuhannya bahwasanya hari kiamat benar-benar akan datang, tidak mungkin tidak datang, akan tetapi tidaklah makhluk mengetahui kedatangannya kecuali hanya Allah saja yang tahu , yang mengetahui yang ghaib, dimana sesuatu yang ghaib tidaklah tersembunyi baginya walaupun sebesar dzarrah baik di langit maupun di bumi; Tidaklah tersembunyi bagi-Nya sesuatu yang ghaib apapun itu meskipun lebih kecil dibandingkan dzarrah atau lebih besar darinya. Segala sesuatunya jelas bagi-Nya dan tertulis di Lauhul Mahfudz. Dzarrah adalah biji-bijian atau semut kecil.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan keagungan diri-Nya dengan menyebutkan sifat diri-Nya, di mana hal ini mengharuskan Dia untuk dibesarkan, disucikan dan dan diimani, maka Dia menyebutkan, bahwa di antara manusia ada segolongan orang yang tidak mengagungkan Tuhannya dengan pengagungan yang semestinya, bahkan mereka kafir kepada-Nya, mengingkari kekuasaan-Nya untuk mengembalikan orang-orang yang sudah mati, dan mengingkari adanya hari Kiamat. Di samping itu, mereka juga menentang para rasul-Nya. Kepada Allah, Rasul-Nya, dan kepada apa yang mereka bawa dari sisi Allah. Maksud mereka, tidak ada kehidupan selain kehidupan dunia, di mana kita hidup kemudian mati setelah itu selesai. Maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan Rasul-Nya membantah ucapan mereka dan bersumpah tentang benarnya kebangkitan, dan bahwa Kiamat akan datang kepada mereka. Untuk menguatkannya dipakai dalil di mana orang yang mengakuinya, mesti membenarkan kebangkitan, yaitu ilmu pengetahuan Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang luas lagi merata, Dia berfirman, “Yang mengetahui yang gaib,” yakni perkara-perkara yang gaib dari penglihatan dan pengetahuan kita. Jika yang gaib saja diketahuinya, lalu bagaimana dengan yang tampak. Selanjutnya diperkuat pengetahuan-Nya, bahwa tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya seberat dzarrah pun di langi maupun di bumi, semuanya diketahui-Nya. Yaitu semut terkecil. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, penanya lebih dulu berjalan, dan tertulis dalam kitab yang jelas, yaitu Lauh Mahfuzh. Oleh karena itu, Tuhan yang mengetahui segala yang tersembunyi meskipun seberat dzarrah pun dan mengetahui orang-orang yang telah mati serta bagian mana saja yang masih tersisa dari jasadnya tentu mampu membangkitkan mereka, dan hal itu tidaklah mengherangkan bagi Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Saba Ayat 3-4. Kedatangan hari kiamat itu tiada lain agar dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan semasa di dunia. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia, yakni dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikianlah variasi penafsiran dari banyak ulama tafsir mengenai kandungan dan arti surat Saba ayat 3 arab-latin dan artinya, moga-moga memberi kebaikan untuk ummat. Dukunglah dakwah kami dengan mencantumkan hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Yang Cukup Sering Dikaji Terdapat berbagai konten yang cukup sering dikaji, seperti surat/ayat Al-Mu’minun, At-Tahrim 8, At-Taubah 122, Al-Hujurat 10-12, Al-Insyirah 8, Al-Alaq 1-5. Juga Al-Insyiqaq, Ath-Thalaq 2-3, Al-Baqarah 148, Al-Isra 26-27, At-Takwir, At-Taubah 105. Al-Mu’minunAt-Tahrim 8At-Taubah 122Al-Hujurat 10-12Al-Insyirah 8Al-Alaq 1-5Al-InsyiqaqAth-Thalaq 2-3Al-Baqarah 148Al-Isra 26-27At-TakwirAt-Taubah 105 Pencarian ayat alquran dan artinya, surat 71, wal ashri innal insaana lafii, surah al-kautsar beserta artinya, surat 104 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Adapuntentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah di dalam Al Qur'an: "Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ): 'Bukankah Aku ini Tuhanmu' Mereka menjawab: '(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: 'Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
Pengertian Ilmun Pengertian IlmunIlmu ﻋﻠﻢ Maha Mengetahui. Ilmu Allah Tidak iniPosting terkait Ilmun Sifat wajib Allah ke-9 yakni, Ilmun artinya mengetahui atas segala sesuatu baik yang tampak maupun tidak tampak oleh umat manusia. Allah SWT berfirman وَمَا تَكُوْنُ فِيْ شَأْنٍ وَّمَا تَتْلُوْا مِنْهُ مِنْ قُرْاٰنٍ وَّلَا تَعْمَلُوْنَ مِنْ عَمَلٍ اِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوْدًا اِذْ تُفِيْضُوْنَ فِيْهِۗ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَّبِّكَ مِنْ مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ وَلَآ اَصْغَرَ مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْبَرَ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ Artinya Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Rabbmu biarpun sebesar zarrah atom di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih”. QS. Yunus 61 Baca Juga Iradat Artinya Ilmu ﻋﻠﻢ Maha Mengetahui. Artinya, Allah itu Dzat yang Mengetahui. Allah mengetahui segala hal dan peristiwa, dengan tidak didahului oleh keraguan atau kesamaran. Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat. Firman Allah “ Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz” Al- An’aam 59 Diantara sifat yang wajib bagi Dzat Yang Wajib Ada, adalah sifat “Ilmu”Maha Mengetahui. Yang dimaksud, ialah terbukanya tabir sesuatu bagi Dzat yang telah tetap sifat itu bagi- Nya, yakni yang menjadi sumber, pokok pangkal dari terbukanya tabir sesuatu sifat ilmu, termasuk sifat- sifat wujudiah yang menjadi sifat bagi Yang Wajib Ada. Baca Juga Qudrat Artinya Segala sifat yang dipandang menjadi kesempurnaan bagi wujud, wajiblah ada pada dirinya. Maka karena itu teranglah, bahwa Dzat yang wajib Ada itu berilmu Alim, Maha Mengetahui. Kenyataan menunjukan, bahwa ilmu menjadi kesempurnaan bagi segala sesuatu yang mungkin wujud ada. Dan diantara yang termasuk mungkin wujid itu ialah Dzat yang Memiliki Ilmu Alim. Maka sekiranya Yang Wajib Ada itu tidak Alim tidak berilmu, tentu akan terdapat dalam sesuatu yang mungkin ada itu, Dzat substansi yang lebih sempurna keadaannya dari pada Dzat Yang Wajib Ada. Sedang itu mustahil, sebagaimana yang telah kami terangkan. Kemudian Dzat Yang Wajib Ada itulah yang menjadi pemberi ilmu dalam alam yang mungkin ini. Tenti tidak masuk akal sama sekali, bahwa Yang menjadi Sumber Ilmu tidak mempunyai Allah “ Katakanlah Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” Al- Kahfi 109 Allah ber- Ilmu dengan arti mengetahui segalanya. Tidak ada satu kejadian atau masalah yang bagaimana kecil atau besarnya yang tidak diketahui oleh Allah. Allah tidak boleh dikatakan tidak tahu, bodoh dan lain- lain sebagainya. Baca Juga Wahdaniyah Artinya Mari kita sama menengok sejurus ke alam semesta. Demikian hebat dan kokohnya, demikian cantik dan teraturnya ala mini dibikin oleh Allah. Berlangit dan bermatahari, berbumi dan berbintang, masing- masing berjalan beredar dengan teratur, tidak pernah bearntuk dan bertabrakan satu dengan yang lainnya. Sungguh menunjukan hebatnay Ilmu Allah yang mengadakan dan mengatur itu semua. Dengan ilmu yang setinggi dan sesempurna itulah Allah menciptakan segala benda dan alam ini seluruhnya. Dan dengan ilmu yang sempurna dan setinggi itu pula lah Allah mengadakan peraturan bagi setiap alam yang diciptakan Allah itu. Dengan pengetahuan dan ilmu yang begitu tinggi dan sempurna, begitu pula lah Allah membuat aturan yang berupa perintah dan larangan bagi manusia. Aturan atau perintah dan larangan Allah itu ialah agama, yang diturunkan Allah dengan perantara Nabi dan para Rasul- Nya, yang dari dulu sampai sekarang bernama Agama Islam. Sadarlah kita hendaknya sesadar- sadarnya bahwa segala perintah dan larangan Allah yang tercantum dalam kitab- kitab Suci- Nya itu pasti baik untuk dipatuhi dan dijalankan oleh manusia. Firman Allah “Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” An- Nisaa’ 176 Berilmunya Allah itu adalah termasuk diantara hal- hal yang lazim bagi wujud- Nya, sebagaimana telah diketahui. Ilmu- Nya mengatasi segala macam ilmu, karena tinggi martabat wujud- Nya diatas segala yang maujud ada. Maka teranglah pula, bahwa Ilmu- Nya itu meliputi segala sesuatu yang dapat dicapai oleh ilmu pengetahuan. Baca Juga Qiyamuhu Binafsihi Artinya Berilmunya Allah adalah satu dari suatu kelaziman bagi wujud- Nya. Maka dari itu Ia tidak berkehendak kepada sesuatu selain kepada Dzat- Nya sendiri. Ia adalah“azali”. Dzat yang wujudnya tidak berawal dan tidak juga berakhir abadi, bebas tidak bisa dicapai dengan alat- alat media- media dan oleh ketajaman- ketajaman pikiran dan kegiatan- kegiatan otak. Jadi Ia berlainan dengan segala yang berilmu dari sesuatu alam yang mungkin. Diantara dalil- dalil yang membuktikan tentang tetap adanya Ilmu Allah, ialah apa yang kita saksikan sendiri pada struktur susunan alam yang mungkin ini, berupa hokum- hokum dan kerapiannya, terletak segala sesuatu pada tempat yang semestinya, tetapnya masing- masing pada bidang yang diperlukan dalam wujud dan kekalnya. Ini nyata jelas bagi mata orang yang suka memperhatikan apa yang ditunjukan oleh benda- benda alam, baik besar makro, maupun yang kecil mikro, tinggi maupun yang rendah. Ilmu Allah Tidak Terbatas. Allah SWT mempunyai ilmu yang tidak terbatas. Dia mengetahuai apa saja yang ada di langit dan di bumi, baik yang gaib maupun yang nyata. Firman Allah “ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi..” Al- Hajj 70 “Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Al- Hasyr 22 Baca Juga mukhalafatu lil hawaditsi artinya Tidak ada satu pun yang tersembunyi bagi Allah SWT. Sebutir biji dalam gelap gulita bumi yang berlapis- lapis tetap diketahui oleh Allah SWT. Seperti Firman Allah dalam surat Al- An’aam, ayat 59. Ilmu Allah memang maha luas, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi. Manusia, malaikat dan makhluk mana pun tidak akan bias menyelami lautan ilmu Allah SWT. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Seperti yang digambarkan dalam Firman Allah dalam surat Al- Kahfi ayat 109 Baca Juga Al Muhshii Artinya
Itulahbukti sifat Rahman Allah pada manusia. Jika saja manusia pandai membacanya. Subhanallah. 1. Sholat mampu menyebuhkan rematik: Para ilmuwan dan juga para dokter mengungkapkan, salah satu cara untuk menyembuhkan rematik (khususnya pada tulang punggung) yang disebabkan ketidakseimbangan otot adalah dengan berolahraga.
Il s'agit du plus grave des interdits et du plus grand des péchés. C'est pourquoi il vient en quatrième position dans les interdits sur lesquels toutes les lois et les religions s'accordent car il s'agit d'interdits qui ne deviennent jamais permis, contrairement par exemple à la viande de la bête morte de mort naturelle ou de celle du porc ou du sang qui peuvent être rendus licites dans certains cas. C'est que les interdits sont de deux sortes - un interdit en soi qui n'est jamais rendu licite -un interdit qui peut devenir licite dans certains cas particuliers Allah dit sur l'interdit en soi "Mon Seigneur a interdit seulement les turpitudes apparentes ou cachées" / Puis Il passe à ce qui est plus grave "Le péché et la violence injuste". Puis Il passe à ce qui est encore plus grave "Il a interdit d'associer à Allah ce qui n'a reçu de Lui aucun pouvoir". Puis Il passe à ce qui est encore plus grave "et de dire contre Allah ce que vous ne savez pas". Cette dernière attitude constitue le plus grave des interdits auprès d'Allah car elle renferme du mensonge contre Allah et elle tend à Lui attribuer ce qui est indigne de Lui, à modifier Sa religion, à nier ce qu'Il a confirmé et à confirmer, ce qu'Il a infirmé, à réaliser ce qu'Il a annulé et vice-versa, à prendre pour ennemis ceux qui sont Ses amis et vice-versa, à aimer ce qui Lui répugne et vice-versa, et à lui attribuer des qualités qui ne conviennent pas à Son Essence, à Ses attributs, à Sa parole et à Ses actes. C'est donc auprès d'Allah le pire des espèces d'interdits qui est à l'origine du polythéisme et de l'impiété et qui est le fondement des hérésies et des égarements. En somme toute hérésie trompeuse dans la religion a pour origine le fait de parler d'Allah sans science. Voilà pourquoi les anciens pieux et leurs imams ont fustigé cette attitude avec la dernière énergie et dénoncé ses adeptes partout où ils se trouvaient sur la terre, mettant sévèrement en garde contre eux et insistant dans leur désapprobation de cette attitude plus qu'ils ne le faisaient en fustigeant les turpitudes, les injustices et les transgressions parce que la menace que les hérésies représentent pour la foi est de loin la plus grave. Du reste Allah fustige celui qui attribue dans Sa religion le caractère licite ou illicite à une chose, de son propre fait et sans la moindre preuve divine qui l'atteste. En effet Allah dit "Et ne dites pas, conformément aux mensonges proférés par vos langues "Ceci est licite, et cela est illicite", pour forger le mensonge contre Allah. Certes, ceux qui forgent le mensonge contre Allah ne réussiront pas. " / Qu'en serait-il de celui qui attribue à Allah des qualités dont Il ne s'est pas qualifié Lui-même ou qui Lui nie une qualité dont Il s'est qualifié Lui-même ? Quelqu'un parmi les anciens pieux disait Que l'un de vous prenne garde à dire "Allah a rendu ceci licite et a rendu ceci illicite", de peur qu'Allah ne lui dise " Tu as menti. Je n'ai pas rendu ceci licite et Je n'ai pas rendu cela illicite !" » Il faut dire que l'origine du polythéisme et de l'impiété c'est le fait de parler d'Allah sans science et connaissance. En effet le polythéiste prétend que ce qu'il adore en dehors d'Allah le rapproche d'Allah, intercède en sa faveur auprès de Lui et satisfait son besoin comme le font les médiateurs auprès des rois. Voilà pourquoi mentir sur l'Envoyé d'Allah , implique l'entrée en Enfer parce que ce genre de mensonge relève de ce qu'on dit nécessairement attribué à Celui qui l'a envoyé. Donc les péchés de tous les hérétiques relèvent de cette espèce et on ne peut s'en repentir qu'en désavouant les hérésies. Mais comment s'en repentir pour celui qui ne sait même pas que c'est une hérésie puisqu'il croit que ce qu'il fait c'est une sunna à laquelle il appelle ? Un tel homme ne peut vraiment reconnaître ses péchés qui impliquent qu'il ne s'en repente que s'il connaît la véritable Sunna et se met à l'étudier et à approfondir ses connaissances à ce sujet. Ce que les hérétiques ne font jamais. Pourtant c'est la Sunna qui anéantit l'hérésie. Lorsque son soleil se lève sur le cœur du serviteur elle dissipe de son cœur les brumes de toute hérésie et élimine les ténèbres de tout égarement car les ténèbres ne peuvent tenir tête au pouvoir du soleil. Mais le serviteur ne peut distinguer la Sunna de l'hérésie qu'en suivant la vraie Sunna et qu'en émigrant à chaque instant avec son cœur vers Allah dans la sincérité et qu'en émigrant vers Son Messager à travers l'attachement à puiser dans ses paroles, ses actes et sa conduite exemplaire, car comme l'indique le hadîth authentique "Celui qui émigre vers Allah et Son Messager, son émigration sera effective vers Allah et Son Messager" Quant à celui qui émigré vers autre chose, se sera sa part dans le bas-monde, et dans la vie future. Sources Par Ibn Qayyim El-Djawziyya Les sentiers des itinérants Pour être informé des derniers articles, inscrivez vous
IlmuAllâh Subhanahu wa Ta'ala mencakup sesuatu yang wajib ada, sesuatu yang mungkin ada, dan sesuatu yang mustahil ada. Sehingga ilmu Allâh luas, mencakup, dan meliputi segala sesuatu tanpa kecuali. 1. Ilmu Allâh terhadap sesuatu yang wajib ada, seperti ilmu-Nya (pengetahuan-Nya) terhadap diri-Nya, dan terhadap semua sifat-Nya yang maha sempurna. 2. Ilmu Allâh terhadap sesuatu yang mustahil ada, seperti firman Allâh Azza wa Jalla :
JAKARTA – Alquran melalui Surat An Nahl ayat 77 menjelaskan bahwa banyak rahasia alam semesta belum diketahui manusia. Termasuk hari kiamat, manusia tidak memiliki pengetahuan terkait waktu datangnya kiamat. وَلِلّٰهِ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَمَآ اَمْرُ السَّاعَةِ اِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ اَوْ هُوَ اَقْرَبُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ “Dan milik Allah segala yang tersembunyi di langit dan di bumi. Urusan kejadian Kiamat itu, hanya seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” QS An Nahl ayat 77 Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, di ayat ini Allah SWT menegaskan kesempurnaan ilmu-Nya tentang hal-hal yang gaib dan kemahakuasaan-Nya. Di antara hal yang gaib itu adalah segala yang berada di luar jangkauan indra dan akal pikiran manusia, baik yang ada di langit, maupun yang ada di bumi. Hanya Allah SWT yang mengetahui tentang apa yang ada di luar alam nyata ini. Meskipun pengetahuan umat manusia tentang angkasa luar dan keadaan bumi saat ini sangat maju, namun yang belum mereka ketahui jauh lebih besar. Ketika manusia sampai ke bulan, masih terbentang di muka mereka kegaiban dan kerahasiaan yang ada di planet Mars, Venus, dan lain-lain. Padahal planet-planet tersebut bagaikan butir-butir pasir di tengah sahara yang luas jika dibanding dengan keluasan alam semesta ini. Demikian pula mengenai keadaan bumi ini. Tidak seorang pun sarjana geologi yang dapat memperkirakan dengan tepat kapan terjadinya gempa bumi atau meletusnya gunung berapi. Bahkan pada diri manusia sendiri masih ada hal-hal yang merupakan misteri atau rahasia Allah yang belum diketahui manusia, walaupun sejak berabad-abad para ahli dalam bidang masing-masing berusaha memikirkan dan mengungkapkannya. Tidak seorang pun yang dapat memastikan apa yang akan dialami besok, kapan kematian datang kepadanya, dan di manakah dia akan dikuburkan. Semua itu merupakan soal yang gaib bagi manusia. Namun demikian, ketidaktahuan itu adalah rahmat Allah SWT yang besar bagi manusia. Mereka dapat menyusun rencana dan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka. Hari kiamat termasuk pula hal gaib. Allah SWT menyebutkan secara khusus tentang hari kiamat karena masalah itu banyak mendapat penolakan dan sanggahan pada setiap zaman dan setiap bangsa. Bahkan banyak orang yang mengingkarinya, dan menyatakan sebagai suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Allah SWT merahasiakan waktu datangnya hari kiamat agar manusia tidak menghentikan kegiatan hidupnya. Seharusnya manusia tidak perlu memikirkan kapan hari kiamat itu terjadi, karena hal itu adalah urusan Allah SWT. Yang penting bagi mereka adalah menjalani kehidupan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan Allah SWT. Persoalan hari kiamat bagi Allah SWT sangatlah mudah. Kecepatan waktu peristiwa itu berlangsung secepat kedipan mata atau lebih cepat lagi. Kecepatan ini menurut waktu yang bisa digambarkan oleh hitungan manusia karena pengaturan Allah SWT terhadap alam semesta ini sesungguhnya tidak dapat dihubungkan dengan ruang dan waktu. Mudah atau sukar, dan cepat atau lambat adalah ukuran manusia. Allah SWT sesungguhnya sangat kuasa atas segala perkara. Bila Allah SWT berkehendak atas sesuatu, Dia pun berfirman, "Kun Jadilah," maka terciptalah sesuatu itu. Tidak satu pun yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
Beliauberkata, "Ketaatan (pada Allah) ada tiga: Pertama: Amalan yang disyariatkan untuk ditampakkan seperti adzan, iqomat, ucapan takbir ketika shalat, membaca Qur'an secara jahr dalam shalat jahriyah (Maghrib, Isya' dan Shubuh, pen), ketika berkhutbah, amar ma'ruf nahi mungkar, mendirikan shalat jum'at dan shalat secara berjamaah, merayakan hari-hari 'ied, jihad, mengunjungi orang-orang yang sakit, dan mengantar jenazah, maka amalan semacam ini tidak mungkin disembunyikan.
Bila seorang Muslim telah memperoleh atau mengetahui suatu ilmu maka harus diamalkan dan disebarkan atau diajarkan kepada Muslim lainnya. Terlebih bila ada saudara sesama Muslim bertanya tentang ilmu yang dikuasainya, maka haram bagi orang yang mengetahui ilmu tersebut menyembunyikannya atau tidak mau dalam kitab at Targib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Abu Dawud dan صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمً فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ Muhammad bersabda Barangsiapa ditanya tentang sesuatu ilmu lalu ia menyembunyikannya maka ia akan diberi kekang pada hari kiamat dengan tali kekang dari neraka. Hadits ini mengingatkan kepada setiap Muslim agar jangan pelit terhadap ilmu. Sekitarnya ia mengetahui dan memang ilmu tersebut dibutuhkan oleh orang lain maka ia harus menyampaikannya. Akan tetapi di dalam memberika ilmu pun harus penuh pertimbangan atau menyesuaikan dengan orang yang akan menerimanya. Agar dapat mudah dipahami dan diamalkan oleh orang yang menerimanya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
S1TU4T. 9t0syyl44x.pages.dev/4899t0syyl44x.pages.dev/8469t0syyl44x.pages.dev/249t0syyl44x.pages.dev/2239t0syyl44x.pages.dev/3099t0syyl44x.pages.dev/5129t0syyl44x.pages.dev/4829t0syyl44x.pages.dev/4409t0syyl44x.pages.dev/3939t0syyl44x.pages.dev/3659t0syyl44x.pages.dev/2809t0syyl44x.pages.dev/9019t0syyl44x.pages.dev/5949t0syyl44x.pages.dev/3419t0syyl44x.pages.dev/449
ilmu allah yang tersembunyi